Oleh: Apt., Drs. A.A. Raka Karsana, M.Biomed.
Dalam upaya untuk mengurangi penilaian dan pengobatan nyeri yang tidak memadai, American Pain Society (APS) pada tahun 1996 melakukan kampanye “nyeri sebagai tanda vital ke-5”. Kampanye ini bertujuan untuk menjadikan asesmen dan pengukuran nyeri sebagai ukuran kualitas hidup pasien yang sama pentingnya dengan empat tanda vital lainnya (Suhu, Tekanan darah, Respiratory Rate dan Heart Rate). Kampanye ini awalnya didukung secara luas oleh banyak komunitas medis, regulator dan perusahaan farmasi. Pedoman APS menyarankan bahwa nyeri harus dicatat dengan cara yang membuatnya mudah terlihat dan memudahkan tinjauan rutin oleh anggota tim professional pemberi asuhan, dan merekomendasikan penggunaan skala nyeri unidimensi untuk mencatat dan memetakan intensitas nyeri. Selain itu, disarankan bahwa skor nyeri yang tinggi harus disikapi sebagai “bendera merah”, (prioritas untuk ditangani). Selama 20 tahun terakhir, banyak institusi pelayanan kesehatan AS mengadopsi nyeri sebagai tanda vital ke-5, dan menilai nyeri menggunakan Numeric Pain Scale (NPS) unidimensi yang dilaporkan secara mandiri.
Pada tahun 2001, sebagai bagian dari upaya nasional untuk mengatasi masalah underassessment dan undertreatment nyeri yang meluas, The Joint Commission on the Accreditation of Healthcare Organizations memperkenalkan standar untuk meningkatkan penanganan pasien dengan nyeri. Standar ini didasarkan pada bukti yang tersedia dan konsensus yang kuat dari para ahli di bidangnya. Selama lebih dari satu dekade, para ahli menyerukan agar dilakukan asesmen yang lebih baik dan pengobatan yang lebih agresif, termasuk penggunaan opioid (berdasarkan rujukan yang menyatakan kecanduan jarang terjadi jika opioid digunakan untuk terapi nyeri jangka pendek).
Setelah ada perbaikan awal dan studi kecil yang menunjukkan manfaatnya mengikuti standar tersebut, mulailah bermunculan laporan-laporan tentang efek samping dari pengobatan yang terlalu agresif, khususnya depresi pernafasan setelah pasien menerima atau menggunakan opioid. Sebuah laporan dari The Institute for Safe Medication Practices (ISMP) mempertanyakan, “Apakah keamanan telah dipertimbangkan dalam upaya mulia untuk mengurangi nyeri?” Menanggapi konsekuensi yang tidak diinginkan ini, standar dan materi terkait nyeri dengan cepat disesuaikan. Namun demikian, kontroversi masih terus berlanjut.
Survei dari The United States Hospital Consumer Assessment of Healthcare Providers and Systems, yang digunakan oleh Centers for Medicare and Medicaid Services mencakup pertanyaan yang menekankan nyeri sebagai tanda vital ke-5 dalam pelayanan kesehatan AS, tetapi juga memiliki konsekuensi mendorong pemberian opioid sebagai respon terhadap skor nyeri numerik yang dilaporkan sendiri oleh pasien. Hasilnya menyatakan bahwa kampanye “nyeri sebagai tanda vital ke-5” yang didasari pada NPS, secara langsung berkontribusi pada epidemi peresepan opioid (berpotensi menimbulkan mudarat lebih besar disbanding manfaat). Akhirnya, the American Medical Association, the American College of Surgeons, The Joint Commission, The American Academy of Family Physicians, dan the Centers for Medicare and Medicaid Services, menarik dukungan mereka atas kampanye “nyeri sebagai tanda vital ke-5”.
Terlepas dari kontroversi tersebut, apapun perubahan yang dilakukan, diharapkan tetap mempertimbangkan efek positif asesmen dan manajemen nyeri sambil mengurangi konsekuensi yang tidak diinginkan. Yang paling penting adalah memastikan bahwa pendulum praktik medis tidak berayun kembali ke kontrol rasa sakit yang buruk seperti di masa lalu, setidaknya tetap dalam posisi yang menyeimbangkan pengobatan nyeri yang efektif dengan meresepkan opioid secara aman baik untuk pasien secara individu maupun populasi umum. (Artikel ini sudah pernah dimuat di Sehatpedia).
References:
Levy,N., Sturgess, J., and Mills, P. “Pain as the fifth vital sign” and dependence on the “numerical pain scale” is being abandoned in the US: Why?, British Journal Of Anaesthesia, January 19, 2018 DOI:https://doi.org/10.1016/j.bja.2017.11.098
Backer, DW. The Joint Commission’s Pain Standards: Origin and Evolution, Division of Healthcare Quality Evaluation – The Joint Commission, 2017